Zainal Si Anak Argopuro (Part. 2)

YBM BRILiaN
February 23, 2022

Dari guru-guru di sekolah, aku mendapatkan informasi bahwa kuliah di PTN bisa murah karena ada beasiswa Bidikmisi. Pilihanku jatuh kepada Jurusan Agribisnis di Fakultas Pertanian Universitas Brawijaya. Aku ingin memajukan desa, ingin agar petani-petani seperti bapak dan ibu lebih sejahtera, ingin anak-anak mereka bisa sekolah sampai tinggi. Jika aku pulang ke kampung halaman nanti, aku akan membawa oleh-oleh ilmu yang banyak.

Pengumuman SBMPTN segera datang dan aku senang tak terperi. Aku diterima! Aku bisa berkuliah!

Aku berpamitan dan berangkat ke perantauan. Bapak dan ibu membekaliku sepeda motor keluarga agar aku dapat mengirit ongkos. Untuk menghemat pengeluaran, aku memilih tinggal di kontrakan bersama teman-teman sekampung, tentu saja supaya biaya hidup menjadi lebih murah lagi.

Aku begitu menikmati hidup sebagai mahasiswa. Tidak ada satu detik pun yang kulewatkan tanpa rasa syukur. Rasanya, Allah begitu baik. Hingga saat aku sedang memerhatikan presentasi teman sekelas, ponsel di saku celanaku bergetar hebat. Aku sengaja memasang mode getar yang berbeda jika telepon itu datang dari orang tuaku. Nanti sajalah, pikirku. Selepas kelas bubar, aku segera menelepon mereka.

“Zainal, Bapak dan Ibu sudah memikirkan masak-masak. Kami mau pindah ke Kalimantan, seperti Pak Ngadiman dan keluarganya. Di sana ada ladang yang bisa dikerjakan. Upah-nya lumayan untuk kita semua.”

Hatiku seperti dipanah. Aku tidak ingin mereka tinggal berjauhan dariku. Berada lima jam perjalanan motor dari rumah saja sering membuatku menimbun rindu, apalagi harus berseberangan pulau? Tapi, apa mau dikata, ladang di Argopuro tidak terus-terusan membutuhkan buruh. Kalau ingin mendapatkan penghasilan yang lebih, Kalimantan beserta hutan sawitnya adalah sumber uang yang lebih menarik.

“Pokoknya, kamu yang baik. Cari lingkungan yang baik. Ra-jinlah belajar dan jangan lupa jaga ibadah, ya, Zainal.”

Allah memiliki jutaan cara untuk mengabulkan doa hamba-Nya. Kali ini, giliran doaku yang dijawab iya. Ternyata, ada untungnya aku mengikuti berbagai organisasi. Aku jadi mengikuti kanal media sosial, dan saat itulah aku mendapatkan informasi tentang Bright Scholarship. Menarik sekali karena beasiswa ini menyediakan asrama. Aku langsung terbayang betapa nikmatnya jika aku bisa belajar tanpa bising-bising dari bengkel las. Tentunya, aku terbayang betapa bapak dan ibu akan bahagia jika aku tidak harus dikirimi uang sangu lagi.

Tahapan seleksi berlalu begitu cepat. Aku tengah berada di musala kampus ketika pengumuman dibagikan melalui pesan singkat. Langsung aku bersujud. Rasa syukurku begitu memuncak. Aku lantas menelepon ibu dan bapak. Mereka senang bukan kepalang.

Dalam hatiku, merekah harapan-harapan yang lebih cemerlang, mimpi-mimpi yang akan kubela lebih kuat lagi. Aku percaya bahwa kebahagiaan hakiki hidup terletak pada membahagiakan kedua orang tua. Jika ada nikmat Allah yang paling aku syukuri, itu adalah terlahir dalam keluargaku.

 

selesai.